Senin, 19 Januari 2009

are we in heaven? are we not?


Partner to Share the Pain with
-----------------------------------------------------------------------------------------------



We Called This 'Happiness'

-----------------------------------------------------------------------------------------




What a Life :)
-------------------------------------------------------------------------------------------



watch these movies!

WAR PHOTOGRAPHER

Resensi

Film berdurasi 96an menit ini menceritakan tentang seorang fotografer bernama James Nachwey yang telah mengabadikan momen-momen berbahaya selama berpuluh-puluh tahun. Ia membidik gambaran-gambaran seputar kekerasan dah kericuhan di berbagai tempat di seluruh dunia. Di antaranya perang di Palestina, Kosovo, hingga Afrika. Termasuk Indonesia juga ia abadikan. Saat itu di Indonesia terjadi kekacauan dalam masa plengsernya Suharto dan pemilu di tahun 1999. Film karya Christian Frei ini memperlihatkan sedikit tanda tanya tentang pergulatan hati sang fotografer sendiri dalam melihat segala peristiwa tersebut. Sudut pandang kamera sendiri lebih banyak terlihat dari arahan mata kamera James Nachwey. Bagaimana sebuah perang dan konflik bisa menghadirkan penderitaan yang sangat mengerikan seperti itu dan bagaimana sebuah perjuangan seorang fotografer dalam usahanya menangkap berbagai momen tersebut.


Analisis

Dalam mengabadikan sebuah momen perang membutuhkan sebuah keberanian yang kuat dan jiwa yang pantang menyerah. Terkadang terjadi konflik batin disini. Dimana saat sang fotografer harus membidik kepedihan korban peperangan, namun korban tersebut sekarat dan butuh bantuan. Disinilah rasa idealis seorang jurnalis akan diuji.

Sekadar menyebut dengan jelas bahwa wartawan wajib mencari kebenaran tidaklah cukup. Dan komitmen ini membentuk elemen jurnalisme kedua, yaituu loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. Kesetiaan kepada warga ini adalah makna dari yang kita sebut independensi jurnalistik. Tetap saja pemikiran bahwa wartawan melayani warga sebagai prioritas pertma tetap dipercaya oleh wartawan, walaupun hasil yang didapatkan bisa saja membuat masyarakat marah atau malah berpikir kritis. Komitmen terhadap warga lebih besar ketimbang egoisme professional. Berkembangnya masa semakin membuat banyak wartawan melampaui batas dari skepstisisme menuju sinisisme, atau bahkan nihilisme. (Kovach,2001:62)

Dari pandangan 9 elemen jurnalisme aja sudah tergambarkan dengna jelas. Seperti yang terjadi dengan tokoh utama film ini, dimana ia berusaha menampilkan keadaan dan dampak dari sebuah peperangan kepada warga tetapi banyak yang menuduhnya mengeksploitasi korban untuk kepentingan berita dan hasil karya. Ini lah sikap kritis yang hadir dalam diri warga dibalik usaha seorang jurnalis dalam mengungkap dan menampilkan fakta yang sebenarnya.

Wartawan yang bingung tentang loyalitas mereka akan selalu mendapatkan konsekuensi yang nyata. Wartawan suka menganggap diri mereka sebagai pengganti warga, meliput apa yang terjadi dalam kehidupan warga untuk kepentingan publik. Namun pubik semakin tak mempercayai mereka. Apapun pendekatan yang diambil media , masalah loyalitas ini sangat penting.

Bisa dibilang ini adalah suatu resiko pekerjaan. Pro kontra sebuah fenomena. Namun sisi manusiawi kita pastilah akan bekerja, tidak mungkin kita akan membiarkan objek foto tersebut mati perlahan-laha di depan kita. Setelah sesi foto sekian detik selesai, kita bisa dengan tangkas menolongnya. Ini hanyalah permasalahan pengendalian diri. Profesionalitas seorang fotografer tidak berarti saat nilai-nilai kemanusiaan harus diutamakan


REVOLUTION WILL BE NOT TELEVISED.


Resensi

Film produksi Irlandia pada tahun 2003 ini disutradarai oleh Kim Bartley. Film ini dimulai dengan pernyataan Victor Ramirez Perez, yang mengatakan bahwa ia mempunyai senjata terkuat di dunia yaitu media., lalu terjadilah kudeta media pertama di dunia.

Bartley melihat sebuah fenomena yang terjadi pada diri seorang Chavez yang terkena rekayasa media di Venezuela. Ia di fitnah menjadi penanggung jawa atass penembakan masa yang kontra dengan dirinya. Lalu ia diberhentikan dan disekap oleh orang-orang oposisinya. Hugo Chavez pun di jatuhkan dengan kudeta politik yang dilakukan oleh rivalnya dengan bantuan media tersebut. Banyak berita-berita bohong yang direkayasa untuk memfitnahnya.

Disini juga sempat diperlihatkan kedekatan Chavez dengan Fidel castro yang mmebuat marah kaum oposisinya dan Amerika. Tetapi Chavez tetap yakin dan membela hak-hak rakyatnya seperti dalam konstitusi Bolvar pada tahun 1999. Cahvez juga berupaya agar rakyatnya dapat langsung melihat pergerakan pemerintahannya dengan sebuah saluran tv milik pemerintah yang bernama Channel 8. Merasa masih kurang dukungan Chavez pun merambah ke media radio dan televisi yang bisa membuat rakyatnya kembali percaya dan yakin pada pemerintah.

Dalam waktu 48 jam Chavez mampu kembali merebut kekuasaanya yang didukung penuh oleh rakyat miskin yang mendukungnya. Sedangkan kaum oposisi tersebut akhirnya hancur dan terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh pendukung Chavez. Mereka bangkit dan membela hak-hak mereka yang telah dinodai kaum oposisi dan Amerika Serikat.


Analisis

Film berdurasi 74 menit ini, sangat mengahrukan sekali karena pada film ini sangat terlihat dengan jelas bagaimana dukungan rakyat mendapat sambutan dan tambahan kekuatan dari mayoritas tentara yang tidak mau dibeli oleh kaum oposisi dan AS. Mereka akhirnya menyadari bahwa hak mereka telah direnggut dan dilecehkan oleh kaum oposisi tersebut.

Mereka berjuang keras mengembalikan pemerintahan Chavez dan membela hak-hak yanng telah menjadi kewnangan mereka di negaranya sendiri. Ekploitasi media di sini sangatlah ridak memiliki prinsip-prinsip jurnalistik yang seharusnya objektif dan berbicara mengenai fakta bukan rekayasa bahkan hal-hal yang ditujukan untuk menjatuhkan seseorang.

Jurnalisme hadir untuk membangun masyarakat. Jurnalisme hadir untuk mmenuhi hak warga negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. Tujuan utama jurnalisme adalah untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup bebas dan mengatur diri sendiri. (Kovach, 2001:12)

Kode etik dan pernyataan misi jurnalisme menghasilkan kesaksian yang sama. Tujuannya “untuk melayani kesejahteraan umum dengan menginformasikan berita kepada orang-orang.” Mendefinisikan jurnalisme hanya akan membuat tertahan terhadap perubahan waktu. Manusia membutuhkan berita karena kesadaran naluri mereka. Itulah yang kita katakan sebagai naluri kesadaran. Saling tukar informasi ini menjadi dasar untuk menciptakan komunitas, membuat ikatan antar manusia. Kode etik dan pernyataan misi jurnalisme juga menyatakan tujuan yang sama yaitu untuk melayani kesejahteraan umum dengan memberi informasi kepada orang-orang.

Adalah suatu kesalahan besar dengan membuat media yang berpihak dan tidak mengutamakan kepentingan masyarakat hanya untuk mengedepankan misi golongan seperti yang terjadi di Venezuela tersebut.

Wartawan tidak lagi memutuskan apa yang seharusnya diketahui publik, tetapi justru membantu masyarakat mengerti secara runut apa yang seharusnya mereka ketahui. Tugas media berita adalah memberikan publik, apa yang mereka perlukan untuk menemukan kebenaran bagi diri mereka sendiri.Namun, pemahaman yang lebih kompleks terhadap publik ini juga membawa bersamanya sebuah tuduhan terhadap pers modern. (Kovach,2001:23) ini membuat sebuah pengertian pasti akan kewajiban media membela kebenaran dan membuat rakyat mengerti apa yang terjadi bukan malah menyesatkan mereka ke arah yang berlawanan dengan kenyataan.

Namun apa yang sudah ditunjukkan oleh Rakyat Venezuela dan sikap obyektif dari pembuat film dokumenter ini menunjukkan kenyataan bahwa dominasi kekuasaan korporasi media yang anti rakyat dapat ditundukkan dengan kekuatan mobilisasi rakyat. Jadi atas dasar kemauan untuk berubah kebenaran pasti bisa ditegakkan.